Pemalang – Ada sebuah rest area yang menjadi tempat favorit bagi pengguna jalan Pemalang-Purbalingga. Rest area ini berada di Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Pemalang. Namanya Candi Batur.
Rest area ini menjadi tujuan persinggahan yang menarik bagi siapa saja yang melintas di ruas jalan setempat. Selain sebagai tempat istirahat, para pengunjung pun bisa berinteraksi dengan kawanan monyet ekor panjang. Ticketing? Tidak. Hanya dikenakan parkir mobil atau motor, itu pun sukarela.
Tidak banyak orang yang mengetahui kenapa di rest area ini banyak kawanan monyet ekor panjang. Disebut-sebut ada ribuan jumlahnya.
Bahkan ada mitos yang berkembang di rest area ini. Siapapun yang datang memberi makan monyet ekor panjang ini, akan mendapatkan balasan rejeki berlimpah. Warga setempat pun mempercayai larangan untuk tidak menggunakan pakaian warna hijau muda, kalau datang ke lokasi itu.
Sukinah, pedagang kacang dan pisang di lokasi rest area ini saat ditemui detikTravel, Minggu (4/4/2021) menjelaskan, ada sekitar 1200-an monyet ekor panjang di lokasi itu.
“Ada ribuan (monyet). Jumlahnya mencapai 1200 lebih. Mereka berkelompok-kelompok. Tidak keluar semua. Mereka hidup di hutan lindung, situ,” katanya.
Diakuinya, ada mitos yang berkembang, jika memberi makan kawanan monyet itu, akan membawa berkah. Untuk itu, dirinya bersama warga lainnya berjualan makanan monyet seperti kacang dan pisang.
Mitos memberi makan monyet
Dirinya sendiri sudah menahun jualan kacang dan pisang di kawasan itu. Satu plastik kacang dijual Rp 5 ribu. Demikian juga sepek pisang.
“Sudah lama saya jualan. Kacang dan pisang, yang akan dibeli pengunjung untuk diberi makan ke monyet-monyet. Sehari bisa 30 bungkus habis,” katanya.
Ya, warga setempat menyediakan makanan kacang dan pisang untuk monyet-monyet setempat.
Selain mitos memberi makan, ada juga mitos mitos yang masih dipercaya oleh warga sekitar, untuk tidak menggunakan pakaian warna hijau muda. Warna pakaian hijau muda ini, merupakan warna pakaian yang sama yang digunakan Dewi Rantamsari, penjaga di kawasan Candi Batur.
Kepala Desa Bulakan, Sigit Pujianto, mengakui adanya mitos yang berkembang tersebut. Bahkan, jika warga ada yang melanggar, yang bersangkutan akan terkena musibah.
“Ya, memang kepercayaan memang seperti itu. Warga sini, meyakininya,” katanya.
Terlepas benar atau tidak, menurutnya itu cerita leluhur, turun temurun yang harus di hormati.
Warga masih menjaga hutan lindung agar tetap alami dengan keasrian pohon-pohon besarnya. Kembali ke rest area. Menurut Sigit, keberadaan monyet ekor panjang juga dipercaya membawa berkah bagi siapapun yang memberi mereka makan.
“Percaya atau tidak memang seperti itu mitosnya, dan warga masih mempercayainya. Bahkan setiap suro, pihaknya menggelar acara ritual dengan menyembelih kambing, dan kepalanya kami kubur di sekitar mata air,” imbuhnya.
Sementara itu, Nadina Riris Kirana Putri (10), salah satu pengunjung, merasa senang dengan perjalanan ia dari Pekalongan ke Purwokerto, dengan mampir ke rest area Candi Batur.
“Disini bisa memberi makan kacang atau pisang. Monyetnya lucu-lucu. Apalagi yang kecil. Saya pasti minta mampir ke sini, kalau ke Purwokerto,” katanya.
Dengan mengeluarkan uang Rp 5 ribu untuk sebungkus kacang atau sepek pisang, para pengunjung bisa berinteraksi dengan memberi makan. Uang parkir kendaraan pun hanya suka rela.
Pihaknya bersama warga tetap menjaga kelestarian kawasan Candi Gugur. Menurutnya, total ada sekitar 3 hektar di kawasan setempat. Lebih banyak merupakan kawasan hutan lindung, dimana menjadi habitat kawanan monyet tersebut.
“Rest area dan kawasan hutan lindung yang mencapai 3 hektar. Di kawasan hutan lindung yang terdapat mata air yang dikeramatkan warga,” tambahnya.
(Robby Bernardi/detikTravel)