Bulakan.desa.id – Setelah hari pertama bimtek pewarta desa kemarin para peserta diberikan ilmu tentang jurnalistik, fotografi, video, hari ini, Kamis (8/8) para peserta melakukan kegiatan peliputan di Desa Munding Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Peserta di bagi dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok dari 8 desa peserta bimtek mendapatkan tugas peliputan yang berbeda, ada yang meliput segi wisata, Bumdes, pemanfaatan dana desa, kesehatan, pendidikan, adat dan budaya, pemerintah desa dan kerukunan dan ketentraman desa. Desa Bulakan sendiri berada di kelompok 3 yang ditugaskan untuk meliput adat dan budaya yang ada di Desa Munding.
Sebelum menuju ke lokasi peliputan, para peserta berkumpul di Pendopo Balai Desa Munding untuk bertemu dan mendengarkan sambutan dari Pemerintahan Desa Munding dan arahan dari Panitia Bimtek yang dipimpin oleh perwakilan dari Dirjen PPMD Kemendesa.
Lokasi peliputan masing-masing kelompok berbeda-beda, ada yang berlokasi di Pemerintah Desa Munding, ada yang di dusun-dusun, tempat-tempat wisata, tergantung dari tema peliputan. Adat dan budaya di Desa Munding bermacam-macam seperti ritual banyu, pagelaran wayang, rebana, ziarah makam wali, Reog, dan masih ada yang lainnya. Pertimbangan waktu yang terbatas, kami fokuskan untuk meliput kesenian Reog yang berada di Dusun Cemanggal. Lokasinya cukup jauh, memakan waktu sekitar 15 menit dari Balai Desa Munding ke Dusun Cemanggal. di Dusun ini, terdapat kesenian yang diberi nama Reog. Pagelaran atraksi khas Desa Munding yang sampai sekarang tetap terjaga dan dilestarikan secara turun temurun ini diberi nama Turonggo Mudo Krido Utama. Dalam kesenian Reog ada 3 bagian kelompok, yaitu Tari Cepetan, Tari Kuda Lumping, dan Tari Reog yang pertunjukkannya diiringi dengan musik gamelan.
Menurut Juwarno, penggiat seni Reog Dusun Cemanggal mengatakan bahwa Reog merupakan kesenian asli dari Dusun Cemanggal Desa Munding. Bahkan Reog Ponorogo Jawa Timur asal mulanya adalah dari Dusun Cemanggal. Berbeda dengan yang di Ponorogo, saat atraksi Reog khas Dusun Cemanggal tidak ada unsur drama dan benar-benar asli dan nyata. Saat pemain Reog beratraksi memakan pecahan kaca (beling) misalnya, dia tidak merasakan sakit.
“Kalau Reog Ponorogi justru malah dulunya asli sini Pak. Kalau saya mendengar dari Ponorogo itu kan Walokan, kalau sini kan lokal biasa, yang ini dikenal Reog yang ndak jadi-jadian, asli jadi. Bahkan, saat atraksi makan belingpun, nggak terasa orangnya,” ungkap Juwarno saat ditemui di Sekretariat Reog Dusun Cemanggal, Kamis (8/8).