Bulakan – Sabtu malam (6/7) di sebuah Sanggar Seni Desa, sayup-sayup terdengar alunan musik gending di tengah-tengah bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang. Terlihat di Sanggar Seni Tilamsari yang terletak di Dusun Bulakan Timur ini, para warga yang terdiri dari orang tua, pemuda dan pemudi serta anak-anak sedang asik belajar memainkan alat-alat gamelan. Sanggar seni tersebut memang berada tepat di sisi jalan utama (provinsi) Pemalang – Purbalingga sehingga suara musik yang dihasilkan tidak terlalu terdengar dari luar karena bercampur dengar suara kendaraan.
Kegiatan belajar gending jawa di Sanggar Tilamsari tersebut rutin diadakan setiap malam Kamis dan malam Minggu. Pengajarnya berasal dari luar desa yaitu Desa Kalisaleh. Alat – alat gamelan yang dimainkan adalah Kendang, Balungan, Bonang, Gong dan lain-lain.
Kepala Desa Bulakan Sigit Pujiono mengatakan dengan adanya rutinitas latihan gendingan ini, semoga bisa mengenalkan dan melestarikan budaya gending jawa di tengah-tengah kondisi yang serba berteknologi. “Yaa, jangan gadget aja yang dimainkan, sekali – kali kita main gamelan, agar budaya warisan leluhur ini bisa tetap eksis. Indonesia disamping kaya akan alamnya juga kaya akan budaya. Yang di desa, tugas kita yang harus menjaga agar seni budaya yang kita miliki selalu ada,” tutur Sigit.
Bicara gamelan bukan hanya sebuah seni budaya dari lantunan musik irama yang dihasilkan, akan tetapi mengandung sebuah pesan. Alat – alat gamelan dan para pemainnya beragam, menyadarkan kita arti kebersamaan tanpa melihat perbedaan, menjaga keselarasan dan persatuan yang terpatri sehingga menghasilkan alunan atau karya yang indah. Alunan suara yang cenderung lembut, mengingatkan kita agar selalu berperilaku lembut, welas asih kepada sesama.